jamu sapi tidak mau makan

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Hal ini dikarenakan sapi yang terinfeksi penyakit ini produksinya akan menurun dan menjadi hambatan dalam perdagangan hewan dan produk hewan. Selama ini usaha peternakan rakyat (sapi potong, sapi perah, kerbau, domba dan kambing) menjadi sumber perekonomian bagi peternak dan masyarakat serta menjadi penyedia pangan khususnya protein hewani (susu dan daging) untuk seluruh masyarakat. Sejauh ini produksi daging sapi domestik memberikan kontribusi sekitar 60% dan susu berkisar 20% terhadap konsumsi nasional. Jamu atau obat herbal merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk pengobatan pada suatu penyakit baik pada hewan ataupun pada manusia yang sudah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Tak terkecuali dalam pengobatan pada sapi yang mengalami infeksi PMK, banyak para peternak yang ingin memilih pengobatan herbal namun tidak tahu herbal apa yang harus digunakan.

Salah satu gejala sapi yang terserang PMK adalah nafsu makan menurun. Hal ini disebabkan oleh rasa sakit yang sangat luar biasa saat hendak makan akibat adanya luka lepuh dan erosi di area mulut, lidah, dan gusi sehingga nafsu makan menurun. Pada awalnya lepuh didaerah mulut berukuran kecil berwarna putih dan berisi cairan, tetapi kemudian berkembang sangat cepat sampai mencapai ukuran (diameter) sekitar 3 cm. Vesikel-vesikel ini kemudian akan bergabung menjadi satu sehingga membentuk lepuh yang cukup besar. Lepuh ini biasanya akan pecah dan sel epithel terkelupas meninggalkan bekas berupa tukak/erosi dengan dasar merah. Pada lidah lesi akibat pecahnya lepuh ini akan terlihat dalam jangka waktu cukup lama, sampai sekitar satu bulan. Selain di mulut dan tercak kaki vesikel juga dapat ditemukan di puting dan ambing.

Kunyit (Curcuma longa) termasuk jenis Toga (Tanaman Obat Keluarga) yang sudah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat sebagai pengobatan baik pada manusia maupun ternak. Kunyit adalah jenis tanaman rimpang yang banyak dimanfaatkan sebagai antibiotik, antivirus, antioksidan dan memperbaiki saluran pencernaan. Kunyit memiliki kandungan atsiri berkisar 2,5-6% dan kandungan kurkuminoid sebesar 3-5%.

Minyak atsiri dalam kunyit membantu mempercepat laju pencernaan dalam lambung sehingga ternak akan cepat merasa lapar dan akan makan lebih banyak, sehingga pertambahan bobot badan ternak meningkat. Selain itu kandungan kurkumin dalam kunyit juga memiliki aktivitas sebagai anti virus. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa kurkumin memiliki efektivitas sebagai anti virus.

Salah satu produk CTSI yang mengandung kunyit dan berbagai obat herbal lain (Jamu) seperti Languatis Rhizoma, Andro Graphidis Herba, Nigella Sativa-Habbatus Sauda, Alstoniae Cortex, dan Zingiberis Rhizoma yang dapat membantu mengobati dan mempercepat pemulihan sapi yang terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah Ceta HERBATOP yang sangat tepat untuk :

  • Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan virus dan bakteri
  • Meningkatkan nafsu makan dan mempercepat pertumbuhan
  • Mencegah stress
  • Mengurangi bau kotoran

Sumber :

Wati, N.E dan Suhadi. 2021. Pemberian Tepung Kunyit (Curcuma longa) sebagai Pakan Tambahan Alami sebagai Upaya dalam Meningkatkan Produktivitas Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Peternakan Indonesia, 23 (2): 192-197.

Shan, C.Y dan Iskandar, Y. 2018. Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). Farmaka Suplemen, 16 (2).

Kementrian Pertanian. 2022. Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Seri Penyakit Mulut Dan Kuku (Kiat Vetindo PMK). Direktorat Kesehatan Hewan.

Kementrian Pertanian. 2022. Mengenal penyakit mulut dan kuku (PMK). KEMENTAN-Leaflet PMK-seri 1.

Comments are disabled.