Setelah selama 32 tahun Indonesia bebas dari PMK dan diakui oleh OIE (Organisation For Animal Health) atau Badan Kesehatan Hewan Dunia yang tercantum dalam resolusi OIE No.XI tahun 1990, kini Indonesia kembali diserang wabah PMK. Berikut surat edaran yang menyatakan bahwa di Indonesia kembali diserang wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) :
- Surat Edaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nomor: 06005/PK.310/F/05/2022 tanggal 06 Mei 2022 tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
- Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 403/KPTS/PK.300/M/05/2022 tentang Penetapan Daerah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (Foot and Mouth Disesase) pada Beberapa Kabupaten di Provinsi Jawa Timur dan
- Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 404/KPTS/PK.300/M/05/2022 tentang Penetapan Daerah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (Foot and Mouth Disesase) di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh
Dengan mewabahnya lagi Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) di Indonesia sangat merugikan peternak, industri dan juga masyarakat secara keseluruhan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Kementrian Pertanian tentang kerugian ekonomi yang diakibatkan wabah PMK ini sekitar 11,6 Triliun.
Selama ini usaha peternakan rakyat (sapi potong, sapi perah, kerbau, domba dan kambing) menjadi sumber perekonomian bagi peternak dan masyarakat serta menjadi penyedia pangan khususnya protein hewani (susu dan daging) untuk seluruh masyarakat. Sejauh ini menurut informasi, bahwa produksi daging sapi domestik memberikan kontribusi sekitar 60 % dan susu berkisar 20 % terhadap konsumsi nasional. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Research Strategic Analysis Universitas Indonesia (IRSA, 2009) bahwa sub sektor peternakan khususnya daging sapi potong menunjukkan keterkaitan yang tidak sedikit dengan sektor industri lainnya. Industri daging, jeroan dan sejenisnya memiliki keterkaitan dengan industri lainnya.
Apabila sektor ini mengalami gangguan, atau dalam keadaan ekstrim dihilangkan sama sekali, maka sektor ini akan terganggu secara langsung, baik dalam hal pemasaran output ataupun dalam mendapatkan input. Kerugian ekonomi ini terjadi secara langsung pada sistem produksi peternakan seperti terjadinya penurunan produksi susu, infertilitas, aborsi, kematian penurunan produktifitas kerja dan penurunan berat badan, maupun kerugian akibat program pengendalian dan penanggulangan khususnya tindakan pemberantasan dan hilangnya kesempatan ekspor dan pengaruh bagi industri pariwisata.
Dampak PMK
Berikut dampak PMK di suatu wilayah dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung (menurut Jonathan Rushton & Theo Knight-Jones (2012) dan Naipospos (2014)), secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
- Dampak langsung:
- Dapat terlihat secara kasat mata : pengaruh langsung kepada sistem produksi ternak, yakni ternak tidak mau makan, penurunan berat badan, penurunan produksi susu, kematian hewan/keguguran dan penurunan produktivitas tenaga kerja ternak
- Tidak terlihat secara kasat mata : penurunan fertilitas dan perubahan struktur populasi ternak, yang berakibat dalam jangka panjang penurunan produksi ternak
- Dampak tidak langsung :
- Tambahan biaya misalnya, biaya pemotongan/pemusnahan, biaya kompensasi, biaya pengawasan lalu lintas dan tindak karantina, biaya surveilans dan biaya vaksinasi
- Biaya kehilangan pendapatan misalnya, kehilangan/penurunan pendapatan tenaga kerja, gangguan industri, kehilangan peluang ekspor, kehilangan peluang masuknya wisatawan
- Panjangnya calving interval/service periode, menurunnya aktivitas pasar dan pengaruh harga, penurunan pendapatan peternak
Ancaman PMK
Secara spesifik bahwa ancaman penyakit PMK adalah sebagai berikut :
- Hambatan utama adalah sulitnya mencapai target angka pertumbuhan populasi ternak apabila terjadi wabah dan prevalensi PMK yang persisten
- Pada ternak dewasa umumnya akan meningkatkan risiko abortus dadakan di antara ternak-ternak bunting dan kematian anak sapi
- Kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh penurunan produksi susu dan penurunan produktivitas tenaga kerja
- Secara ekonomi, PMK menciptakan “EXTERNALITIES” yaitu biaya yang harus ditanggung sebagai dampak yang diberikan dari suatu pihak akibat aktivitas ekonomi. Eksternalitas muncul sebagai akibat dampak negatif dari suatu aktivitas ekonomi. Apabila muncul wabah PMK, “externalities” menjadi NEGATIF dimana pemilik ternak yang terkena PMK memberikan dampak negatif terhadap kelompok ternak lain yang terkait dengan ternaknya mengingat PMK sangat mungkin menyebar dengan cepat
Sumber :
- Jonathan Rushton and Theo Knight-Jones (2012) The impact of foot and mouth disease; Royal Veterinary College United Kingdom, OIE-FAO.
- Kementrian Pertanian. 2022. Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Seri Penyakit Mulut Dan Kuku (Kiat Vetindo PMK). Direktorat Kesehatan Hewan.
- Naipospos (2014); Potensi Dampak Ekonomi apabila terjadi Wabah Penyakit Mulut dan Kuku di Indonesia; Simulasi Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia se Bali, Nusa Tenggara Baratt & Nusa Tenggara Timur Mataram, 6-9 Mei 2014.