Ternak sapi utamanya sapi potong adalah sumber daya berupa pangan hewani yang menghasilkan daging dengan nilai ekonomi tinggi yang penting dalam kehidupan masyarakat guna pemenuhan kebutuhan protein hewani. Penyakit cacing merupakan masalah besar bagi peternakan di Indonesia. Kasus infeksi cacing banyak menyerang sapi pada peternakan rakyat. Hewan yang telah terinfeksi cacing juga akan mengalami penurunan daya tahan terhadap infeksi bakteri maupun virus.
Usaha pengendalian penyakit cacing saluran pencernaan untuk menghindari kerugian yang lebih besar diperlukan suatu tindakan pencegahan dan pemberantasan. Faktor intrinsik dari tubuh ternak juga mempengaruhi kepekaan hewan terhadap infeksi cacing, antara lain spesies hewan, umur, dan kondisi hewan atau imunitas.
Cacingan pada sapi dikenal juga dengan istilah helminthiasis. Infeksi ini disebabkan adanya infestasi cacing pada tubuh sapi, umumnya infestasi ini ditemukan di saluran pencernaan. Tetapi, dapat juga ditemukan di saluran pernafasan, hati, mata, jantung, maupun tubuh lainnya. Ada 3 golongan cacing yang dapat menyerang sapi, yaitu:
- Cacing gilig (Nematoda)
- Cacing pita (Cestoda)
- Cacing daun atau cacing hati (Trematoda)
Ada beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi ternak, antara lain :
- Cacing gilig (nematoda) : Haemonchus contortus, Chabertia sp, Cooperia, sp, Ostertagia ostertagi, Toxocara vitulorum, Oesophagostomum sp, Bunostomum sp, Strongyloides sp, Trichuris sp, Trichostrongylus sp, Moniezea
- Cacing pita (cestoda) : Echinococus granulosus, Taenia saginata
- Cacing pipih (trematoda) : Fasciola sp
dan masih banyak lagi jenis cacing yang dapat menginfeksi ternak. Cacing jenis nematoda (cacing gilig) menginfeksi saluan pencernaan sapi. Sedangkan cacing pipih, Fasciola hepatica menyerang hati sapi
Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Akibat Infestasi Cacing :
- Kejadian cacingan pada ternak sapi umunya berjalan secara kronis/menahun
- Secara umum sapi yang mengalami cacingan tampak badannya kurus, bulu kusam dan berdiri, mengalami diare atau bahkan konstipasi (sulit buang air besar), nafsu makan menurun dan terkadang mengalami anemia
- Sapi yang menderita fasciolosis/ cacing hati kronis, gejala yang terlihat antara lain : lesu, nafsu makan menurun, anemia, terjadi busung (edema) di antara rahang bawah, atau yang biasa disebut “bottle jaw”, perut membesar, diare, bulu kering dan rontok, terasa sakit dan ternak kurus. Apabila kasus ini sudah terjadi secara kronis dan tidak mendapat penanganan maka dapat menyebabkan kematian. Perubahan patologis akibat cacing hati ini adalah rusaknya parenkim hati
Penyebab Terjadinya Cacingan Pada Sapi
Kasus terjadinya cacingan pada sapi dipengaruhi oleh umur, musim, kondisi lingkungan, vektor (inang perantara), dan cara pemeliharaan. Berikut penjelasannya :
- Umur
Kasus cacingan ini dapat menyerang semua umur, baik sapi dewasa maupun pedhet (anak sapi). Akan tetapi berdasarkan jumlah kasus yang terjadi di lapangan, anak sapi (pedhet) lebih rentan terserang cacinga. Hal ini dikarenakan kondisi tubuh pedhet belum optimal sehingga daya tahan tubuh yang dimilikinya juga belum optimal, sehingga pedhet lebih rentan terkena cacingan
- Musim dan kondisi lingkungan
Pada saat musim penghujan kasus cacingan pada sapi meningkat, ditambah dengan kondisi lingkungan yang lembab dan basah pada menajemen pemeliharan yang buruk menyebabkan kasus ini melonjak saat musim penghujan. Saat musim penghujan dengan kondisi lingkungan yang lembab dan basah menjadi media yang cocok untuk pertkembangan telur cacing hingga masuk ke dalam tubuh sapi melalui pakan hijauan.
Baca Juga: Dampak Ekonomi Cacingan Pada Sapi Bagi Peternak
SUMBER :
Kementrian pertanian. 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Subdit Pengamatan Penyakit Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Panitia Kurban FKH IPB. 2019. Panduan Praktis Ibadah Kurban. Sekretariat Panitia Kurban FKH IPB 2019